Jakarta, 9 Agustus 2025
– Kebijakan tarif impor sebesar 19 % yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap ekspor udang Indonesia mulai berdampak serius pada industri perikanan — khususnya dalam pengelolaan tambak dan strategi ekonomi petambak.

Dampak Langsung: Rencana Ekspansi Tertunda

Denny Leonardo, seorang petambak berusia 30 tahun di ujung barat daya Pulau Jawa, terpaksa menunda rencana penambahan 100 kolam baru ke kolam udang miliknya yang sudah berjumlah 150. Penurunan permintaan dari AS sejak April telah menggagalkan ekspansi ini, dan tarif 19 % yang mulai berlaku berkontribusi lebih jauh pada kondisi industri yang tertekan.

Ketergantungan Pasar AS: Dua Tahun Telalu Besar untuk Diabaikan

Sebagai pembeli utama udang Indonesia, AS menyerap sekitar 60 % dari total ekspor udang senilai USD 1,68 miliar pada tahun 2024. Tarif ini membuat sebagian besar importir Amerika menunda pembelian, menyisakan ketidakpastian bagi banyak pelaku usaha.

Ancaman Nyata: Ekspor Turun hingga 30 %, Satu Juta Pekerjaan Terancam

Andi Tamsil, Ketua Asosiasi Petambak Udang Indonesia, memperingatkan bahwa ekspor bisa menyusut hingga 30 % dibandingkan tahun 2024, yang akan berdampak langsung pada sekitar satu juta pekerja sepanjang rantai produksi udang. (Reuters, Bisnis.com)

Tertinggal di Panggung Kompetitif: Ecuador Lebih Diuntungkan

Petambak Indonesia kini harus bersaing dengan Ekuador, sang produsen udang budidaya terbesar dunia, yang tarif ekspornya ke AS hanya sebesar 15 %, membuat Indonesia berada di posisi yang kurang menguntungkan.

Strategi Bertahan: Alihkan Ekspor ke China & Pasar Lain

Sebagai respons, pelaku industri mulai mencari pasar alternatif. China, meski hanya menyerap 2 % dari ekspor udang Indonesia sebelumnya, kini menjadi target utama. Delegasi perwakilan industri besutan Tamsil telah mengunjungi Guangzhou untuk bertemu dengan importir, pengelola restoran, dan platform e-commerce pertanian. (Reuters, Bisnis.com)

Selain China, fokus juga mengarah ke pasar lain seperti Timur Tengah, Korea Selatan, Taiwan, dan Uni Eropa — terutama di tengah menjelangnya kesepakatan perdagangan bebas antara Indonesia dan Uni Eropa. 

Badai Bisa Berlalu, Tapi Pipa Ekspansi Mengendur

Walaupun sektor udang masih memiliki permintaan global dan suplai yang kuat, rencana pertumbuhan cepat bagi banyak petambak kini harus dikendurkan. “Saya optimis bisnis ini bisa bertahan karena masih ada permintaan. Namun untuk pertumbuhan seperti sebelumnya, saya tidak terlalu optimis,” ungkap Leonardo. (Reuters, tendata.com)


Kesimpulan: Diversifikasi Merupakan Jalan Keluar

Kebijakan tarif AS memaksa industri udang Indonesia untuk segera beradaptasi. Diversifikasi menuju pasar seperti China dan Uni Eropa bukan hanya menjadi solusi jangka pendek, tetapi juga peluang strategis untuk memperkuat daya tahan dan nilai tambah sektor ini di masa mendatang